Lasem (23/8) – Karnaval dalam rangka HUT RI ke-80 SMP Negeri 1 Lasem menampilkan tarian dengan tema toleransi, moderasi beragama dan budaya. Karnaval dimulai start dari terminal sampai kecamatan Lasem dan panggung kehormatan ada di depan kantor BPD Lasem.
Barisan karnaval SMP Negeri 1 Lasem adalah sebagai berikut :

  1. Pembawa banner sebagai identitas SMP Negeri 1 Lasem.
  2. Pembawa gambar Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Indonesia.
  3. Barisan pengibar bendera. Seakan mengibarkan semangat patriotisme dan nasionalisme generasi penerus bangsa. Jiwa-jiwa inilah yang akan membela, memperjuangkan, dan memajukan  bangsa Indonesia.
  4. Maskot “Sanggarita”
    Maskot Sanggarita berasal dari kata sanggar = tempat kebersamaan budaya, dan garita = cahaya/pelita; maknanya cahaya persatuan dalam keberagaman.
    Maskot Sanggarita hadir dengan balutan warna merah, oranye, hijau dan emas yang melambangkan semangat, kehangatan, dan kebijaksanaan.  Tampil anggun dengan jarik bernuansa hijau, cokelat, dan hitam berpadu motif batik tradisional. Balutan kain panjang krem lembut yang menjuntai memberikan sentuhan keanggunan klasik, sekaligus menjadi simbol kesucian niat dalam merawat persaudaraan. Sayap besarnya merepresentasikan hati yang terbuka untuk semua perbedaan, sementara mahkotanya melambangkan keadilan dan keseimbangan. Dikawal oleh Garuda tangguh dengan Bhinneka Tunggal Ika dalam genggaman, Sanggarita menjadi simbol toleransi dan moderasi beragama—bahwa keberagaman adalah kekuatan yang menyatukan bangsa.
  5. Barisan Batik karnival.
    Melenggang dengan anggun, diselimuti busana bernuansa batik Lasem yang begitu indah dan menawan. Batik Lasem memiliki karakteristik yaitu adanya perpaduan budaya antara motif tradisional dan tiongkok dengan warna batik yang berani dan mencolok.
  6. Barisan Moderasi Beragama
  • Barisan pertama, umat beragama Islam yang memadukan nilai religi dengan kekayaan seni tradisional melalui alunan rebana. Ekstra Hadroh merupakan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Lasem dengan pembimbing Bp. Ahmad Burhanuddin, S.Pd.I dan Bp. Taufikurrohman, S.Pd.I. Lagu yang dibawakan berjudul “Hubbul Wathan Minal Iman” yang berarti cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Denting rebana bukan hanya mengiringi langkah, tetapi juga membawa pesan damai, mengajak semua untuk saling menghormati.
  • Barisan berikutnya, Karawitan yang merupakan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Lasem. Hadir secara live membawakan lagu “Halo-halo Bandung” dengan pembimbing Ibu Sri Wahyuni, M.Pd. Tabuhan gamelan Jawa yang lembut dan penuh filosofi. Suara gendingnya mengalun, menyatukan rasa, mengingatkan bahwa budaya adalah warisan yang harus kita jaga bersama tanpa memandang perbedaan keyakinan. Karawitan merupakan wujud dari tema toleransi, moderasi beragama, dan budaya.
  • Selanjutnya, kembali hadir barisan umat Islam dengan membawa Thong Thongklek sebagai alat musik tradisional. “Tong-tong” berasal dari suara kentongan hasil dari bambu yang dipukul. Sedangkan “Lek” memiliki arti melek. Oleh karena itu, thong tongklek digunakan untuk membangunkan orang sahur.
  • Berikutnya, barisan Batik Lasem sebagai perwujudan budaya. Anggun dan memikat. Melangkah penuh percaya diri dengan berbalut Batik Lasem yang memukau. Warna merah menjadi ciri khas yang tak lekang oleh waktu. Setiap helai batik adalah karya seni yang lahir dari perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan pesisir yang telah lama hidup di Lasem. Di balik keindahannya, Batik Lasem menyimpan pesan toleransi dan keharmonisan antarbudaya warisan leluhur yang terus dijaga dan dibanggakan. Batik Lasem menjadi simbol bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan persatuan adalah keindahan yang sejati.
  • Selanjutnya, melangkah anggun dalam balutan cheongsam yang elegan, inilah barisan masyarakat Tionghoa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Lasem. Warna-warna cerah pada kain yang mereka kenakan melambangkan kebahagiaan, keberuntungan, dan harapan baik untuk masa depan. Di tangan mereka, payung-payung tradisional terbuka lebar, menaungi persahabatan yang telah terjalin lintas generasi. Kipas-kipas indah menari lembut, seirama dengan langkah kaki yang berirama. Dan saat lampion-lampion merah mulai tampak. Sinarnya seperti membawa pesan penerangan hati, bahwa perbedaan agama, bahasa, dan budaya bukanlah penghalang, melainkan cahaya yang menyatukan.
  • Menyusul di belakang, hadir umat Buddha yang menampilkan busana khas berwarna oranye dan cokelat, warna yang melambangkan kesederhanaan, kedamaian, dan pencerahan. Senyum teduh para peserta mencerminkan hati yang penuh welas asih, sejalan dengan ajaran untuk menebar kebaikan kepada semua makhluk.
  • Beriringan dengan mereka, tampillah barisan umat Hindu dengan pakaian adat Bali yang anggun. Setiap langkah mereka memancarkan kesantunan dan keteduhan, membawa pesan keharmonisan hidup.
  • Berikutnya disusul oleh barisan bapak/ibu guru SMP Negeri 1 Lasem. Dengan penuh semangat, inilah sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang memiliki pengaruh besar dalam pembangunan sumber daya manusia. Merekalah sosok pertama yang mengukir akan dijadikan apa generasi penerus bangsa selanjutnya. Bapak/ibu guru seperti lilin yang rela membakar dirinya sendiri untuk menyinari orang dengan ilmu yang dimiliki.

         Barisan ini adalah bukti bahwa toleransi, moderasi beragama, dan budaya yang ada di Lasem bukan sekadar kata, melainkan napas kehidupan sehari-hari, di mana semua suku, agama, dan budaya dapat berjalan berdampingan dalam damai. Bersama SMP Negeri 1 Lasem, mari kita satukan hati, eratkan persaudaraan, dan majukan budaya. Dirgahayu Republik Indonesia! Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.

Biar semangat belajar balik lagi, coba deh liburan ke tempat wisata di Indonesia bareng Harmoni Wisata.